Wednesday, December 26, 2007

Calang Maret 2005 VS Calang Desember 2007


Seorang teman (kalau tidak salah si Chalid, Chalid aku dapat foto ini dari Lisa Owen), telah mengabadikan kondisi Calang pada bulan Maret 2005, hampir tiga bulan setelah tsunami. Betapa luluh lantak dan hancur lebur kondisinya. Sangat menyedihkan dan sangat mengenaskan. Seperti tak mungkin ada kehidupan yang akan kembali kesana.


Pertengahan bulan Desember 2007 lalu aku berkesempatan mengunjungi Calang menggunakan pesawat kecil milik MAF jenis GA8 Airvan bertempat duduk total 7 buah. Pemandangan yang terlihat sungguh sangat kontras dengan apa yang terekam pada Maret 2005. Ini merupakan buah dari kerja keras seluruh pihak yang selama ini bertungkus lumus dengan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh paska Tsunami.




Melihat apa yang telah ada di Calang sekarang ini, patutlah kita membanggakan apa yang telah kita lakukan selama ini seraya berinstrospeksi agar apa yang telah dicapai sekarang ini dapat lebih baik lagi di masa akan datang.


Renungan 3 Tahun Tsunami

Hari ini tepatnya tanggal 26 Desember 2007, tepat tiga tahun setelah terjadinya tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Di ulang tahun ketiga ini, patut kita melihat kembali ke belakang apa apa yang telah terjadi dan pembelajaran apa yang telah kita dapat selama ini. Sesungguhnya, apa yang telah dilakukan banyak orang dalam rangka memperbaiki kondisi Aceh seperti sedia kala, dan bahkan lebih baik lagi semuanya adalah proses belajar yang sangat mahal harganya. Tidak ada satu formula pun yang bisa tepat untuk diinjeksikan kepada NAD dan menghasilkan kesembuhan yang cepat. Obat yang telah disuntikkan selama ini telah menuai hasil kesembuhan, walaupun tentunya tidak sempurna seperti yang semua orang harapkan.

Kritik terhadap pola pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi selalu bergema dimana-mana. Cepat selesaikan pembangunan dengan baik dan berkualitas dan ratakan hasilnya kepada semua orang yang berhak menerimanya, itu adalah teriakan standar para demonstran dan para kritikus tsunami. Seolah apa yang telah ada sekarang ini tidaklah berarti apa-apa dan belum ada apa-apanya. Seolah mereka tidak turut didalamnya, seolah mereka tidak terlibat dalam carut marutnya.

Membangun tentunya tidak mudah. Uang tidak menjadi jaminan bahwa semua akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Proyek ini adalah proyek raksasa dunia yang tidak ada yang menandingi saat sekarang ini. Tidak ada satupihakpun yang paling bertanggung jawab melainkan semua orang yang cinta terhadap Aceh bertanggung jawab untuk kesuksesannya.

Wednesday, November 7, 2007

Sablon baju pakai T Shirt transfer paper

Mainan baru nih... walaupun teknologi ini udah lama muncul, tapi baru kali ini aku bisa mencobanya. Kebetulan pas baru punya printer Epson dan pas lagi jalan-jalan di Carrefour nampak t shirt transfer paper yang paket hemat punya. Lumayan sekitar 30 ribuan per lima lembar. Maka jadilah proses percobaan dilakukan.

Pertama sekali tentu memilih gambar apa yang mau dicoba. Untungnya aku udah ada beberapa rancangan desain t shirt. Jadi tinggal perbaiki dikit-dikit di Photoshop, siap di print. Ngeprintnya biasa aja seperti ngeprint kertas lain. Tapi jangan lupa gambarnya dibuat mirror, terbalik dari aslinya. Ini bisa disetting di printernya atau di gambar aslinya. Terus jangan sampai kertasnya terbalik. Sisi yang kasar adalah media yang akan jadi tempat tinta bersarang. Bagian yang bergaris adalah bagian belakang, jadi jangan sampai terbalik.

Udah lah, tinggal print aja dan tunggu kertas keluar dari print. Ziit ziit ziit....kertas pun keluar. Alhamdulillah gambarnya terbalik.... Terus buka tuh kaos yang akan di sablon. eh kaosnya harus 100% cotton ya. Gelar di tempat yang sesuai. Perkirakanlah dimana posisi gambar akan menempel. Panaskan sterika sampe maksimum. Setelah itu bagian yang akan disablon diseterika dulu, jangan sampai ada lipatan atau tonjolan, bisa bikin hasil jelek.

Tempel aja kertas transfer paper di kaos yang mau disablon. Tentunya bagian yang ada gambarnya di bawah atau berhadapan dengan kaos. Sebaiknya kaos berwarna terang, atau putih. Ada juga sih transfer paper yang untuk kaos warna gelap, tapi aku belum pernah coba. Setelah terposisikan dengan baik, mulailah ku setrika dengan hati-hati dan lembut. Supaya gambar tidak bergeser. Kuulangi beberapa kali. Namun yang kedua dan seterusnya aku pakai alas kertas putih. Takut juga aku kalau kalau transfer paper nya gosong.

Udah itu, aku biarkan semua menjadi dingin. Terus kubuka secara hati-hati dan deg degan....Maklum first time lah.. Finally....sukses juga tuh gambar nempel di kaos. Hasilnya mirip banget seperti di monitor. Luar biasa........

Gitulah pengalaman pertamaku dengan T shirt transfer paper. Lumayan. jadi kalo aku jalan-jalan ke luar daerah dan tidak ketemu kaos yang bagus untuk jadi oleh-oleh, tinggal buat aja sendiri di rumah. Tinggal pindahin foto-foto yang bagus di daerah tersebut. Beres deh...

Medan Kota Tercinta, tapi...

Datanglah ke Medan, kota bersejarah. Penuh dengan peninggalan kolonial Belanda. Sangat eksotis dan menarik, tidak hanya objek wisatanya. Tapi juga orang-orangnya yang unik dan tentunya ada perbedaan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Di Medan ada Istana Deli, Mesjid Raya dan Kolam Sri Deli. Satu komplek kerajaan dari jaman lampau yang masih tersisa. Ada pula deretan toko-toko peninggalan jaman kolonial di sepanjang jalan Kesawan. Bangunan tua yang masih dipergunakan saat ini seperti Balai Kota, gedung Bank Indonesia, Kantor Pos, Stasiun Kereta Api dan bangunan lain yang digunakan oleh swasta misalnya oleh PP Lonsum.

Selain itu ada pula objek wisata modern seperti Merdeka Walk, pusat jajanan di sekitar Lapangan Merdeka Medan, adapula Kesawan Square, pusat jajan malam hari yang menggunakan ruas jalan Kesawan yang sengaja ditutup setiap magrib hingga lewat tengah malam agar orang leluasa berjalan kaki dan menikmati makanan yang dijual disana. Ada pula beberapa Mall yang cukup modern dan representatif.

Namun, jangan memimpikan soal keteraturan di Medan. Jika anda berkunjung kesana, pasti anda akan stress dengan kelakuan warga Medan di jalan raya. Terutama pengemudi angkot dan pengendara sepeda motor. Kelakuan mereka di simpang-simpang yang ada traffic light nya akan membuat kepala anda menjadi gatal. Kenapa? karena anda akan di klakson dari belakang jika tidak berani menyerobot lampu lalu lintas itu, apalagi jika tidak ada Pak Polisi. Ada-ada saja...

Ini Medan Bung! itu slogan warga Medan untuk menegaskan perbedaan (yang belum tentu beda) kepada orang lain. Mungkin yang beda adalah kelakuan di jalan raya yang sembrono dan mau enak sendiri itu aja kali ya...Entahlah..

Namun demikian, Medan tetap kota yang menarik dan patut untuk dikunjungi. Nyesel Kau kalo tak pernah ke Medan! (Kata orang Medan). Dan bagi ku sendiri, Medan tetap kota yang tercinta.... Ah Sok Paten Kali Kau pun... (Ha ha ha ha)

Monday, October 1, 2007

Jambi antara Karet dan Empek-empek







Langka bener nih kesempatan untuk jalan-jalan ke Jambi. Kalau gak ada kepentingan khusus mungkin gak akan sampai ke sana. Maklumlah, Jambi itu jauh dan agak sulit menempuhnya kalau dari Aceh. Tapi yang namanya rezeki, gak akan kemana. Kalau jatahnya sudah mau ke Jambi, ya akhirnya kesana jugalah.

Kebetulan nih, aku ditugaskan (sebenarnya menugaskan diri sendiri sih..he he he) untuk memimpin rombongan petani karet dari Aceh Jaya ke provinsi Jambi, tepatnya ke Muara Bungo. Untuk melihat dan belajar tentang rubber agroforestry. Gitulah, kenapa bisa nyampe ke Jambi.


Gak banyak sih yang sempet kunikmati di Jambi selain dari perkebunan karet yang cukup bagus dan sangat memasyarakat. Itu menjadi contoh yang berharga bagi petani yang kami bawa dalam rombongan. Selain itu tak lain dan tak bukan adalah empek-empek Pak Raden yang terkenal mantaf dan mak nyus cita rasanya...






Ini adalah kesempatan pertamaku membeli empek-empek Pak Raden langsung dari penjualnya di Jambi, sebelumnya hanya makan oleh-oleh dari teman aja. Pertanyaan standar dari penjualnya yaitu: Mau paket apa? karena mereka menyediakan beberapa paket untuk oleh-oleh. Aku memilih paket yang terkecil aja. Pertanyaan selanjutnya adalah: berangkatnya pake apa? pake bus apa pake pesawat? Kalo pake bus, mereka akan membubuhi empek-empek dengan tepung, supaya lebih tahan lama. Kalo pake pesawat, mereka tidak perlu tambahi tepung karena empek-empek itu masih tahan dan tidak perlu perlakuan khusus.






Oh ya ada satu lagi. Ketika di bandara, aku sempet beli oleh-oleh gantungan kunci dari batik khas Jambi dengan bentuk topi melayu, sendal, pakaian dan lain-lain. Kemudian ada juga yang unik yaitu gantungan kunci dari daun karet. Daun karet itu sudah dirontokkan daging daunnya, yang tinggal hanya tulangnya dan kemudian diberi warna yang menarik. Untuk membuatnya tahan lama, daun itu di laminating dengan plastik. Harganya relatif murah, hanya 1500 sebiji. Lumayan untuk oleh-oleh yang dibeli di airport.

Thursday, August 23, 2007

Internet Pake Jaringan CDMA

Loh kok soal internetan masuk ke blog jalan-jalan sih. Wah ini ada alasannya loh, soalnya jalan-jalan kan tidak hanya di alam nyata saja, di alam maya juga bisa, tapi tentunya melalui jaringan internet. Nah kejawab kan? Kurang puas? Ketika jalan-jalan kan kita tetap perlu terhubung ke dunia lewat internet, jadi internetan dengan jaringan CDMA akan membantu kita konek ke internet dimana saja asal ada jaringan CDMA. Gitu loh...



Apa sih yang diperlukan? Tentu aja laptop dengan colokan USB. Terus HP CDMA yang ada modemnya. Contohnya Nokia 2116 (http://www.nokia.com/). Kabel data DKU 5 atau CA 42. Kartu R UIM baik dari Flexi, Starone (http://www.mystarone.com)%20atau/ yang lain. Saat ini perangkat itulah yang udah aku miliki dan siap untuk berjalan-jalan dengan dunia maya.



Kenapa pake CDMA? praktis aja, sekarang jaringannya udah lumayan luas, akses cepat dan harga murah (rp 5/Kb Flexi atau Rp 3/Kb Starone atau Rp 111 /menit). Gimana, so pasti jalan-jalan kamu akan lebih asyik.



Gimana cara settingnya? Tunggu kalo udah ada waktu aku tulis lagi.

Friday, July 20, 2007

Snorkling di Gapang Beach, Pulau Weh



Awal bulan Juli yang lalu benar-benar membuat ku capek namun sekaligus menyenangkan. Betapa tidak, di minggu awal bulan Juli lalu aku dan beberapa teman harus mengorganisir internal training untuk staf-staf kantor ku. Tidak banyak sih...hanya 15 orang peserta. Namun capek dan kerja keras itu seolah impas karena training nya diadakan di tempat yang sangat menyenangkan....di Pulau Weh. Tepatnya di Pantai Gapang (Gapang Beach).










(Gapang Beach, Pulau Weh)










(Konferensi sambil Wisata)

Betapa tidak, seminggu sebelum acara dimulai, di kepalaku dan tentunya di kepala teman-teman yang lain adalah indahnya bermain-main di debur ombak pantai berkarang serta menikmati indahnya terumbu karang dan ikan-ikan langsung di habitatnya. Hanya sesekali mungkin terlintas tentang training itu (he he he, pantesan abis pelatihan peserta bukannya tambah pede, malah mungkin tambah bingung kali!).

Kami semua menginap di Leguna Resort, salah satu dari dua resort yang mahal di Gapang. Tarifnya 200 ribu rupiah dengan televisi yang tidak bisa hidup dan serangan mati lampu. Lumayan masih ada AC dan air cukup untuk mandi dua kali sehari plus lain-lain. Kalo mau nginep disini terutama pas lagi Weekend, baiknya pesen kamar dulu via telpon karena selalu penuh.


Aku dan teman-teman melakukan snorkling di pantai mulai pukul 5.30 sore. Wah apa nggak kesorean tuh...? tentu saja tidak, karena pulau Weh itu terletak di paling ujung Barat Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB) jadinya tentu senja datang lebih lama dari daerah lain. Waktu itu Azan Maghrib aja sekitar jam 7 lewat dikit gitu. Sebenarnya sih lebih enak snorkling pagi menjelang siang karena sinar mentari tembus lebih dalam ke dasar laut sehingga pemandangan laut lebih terang. Namun apa daya, misi snorkling kali ini harus membonceng misi training. Jadilah snorkling di sore hari setelah kelar dengan tumpukan materi training. Tapi lumayanlah...

Dari resort yang kami tumpangi, kami harus jalan kaki sekitar 500 meter untuk menuju ke pantai, yaitu pantai Gapang. Memang sih di depan resort juga terhampar laut, namun pantainya agak curam dan berbatu-batu. Jadi lebih nyaman bermain di pantai Gapang yang berpasir campur pecahan karang. Selain itu tempat penyewaan alat snorkling juga ada di situ.

Dengan modal 15 rebu untuk snorkel dan 15 rebu untuk kaki katak, akhirnya kami bisa menikmati keindahan flora dan fauna dasar laut. Cukup indah dengan ikan-ikan kecil beraneka warna. Ikan nemo juga sempat kami temukan disitu. Selain itu kami juga ketemu ikan barracuda (ikan alu-alu) tapi ukurannya kecil loh. Kalo gede, mendingan cabut aja daripada dia nyosor ke kita...hiii.



Sempet juga ketemu ikan belut muray (Morray eel) yang nongol dari balik rimbunan batu karang. Mulutnya membuka-menutup sambil kelihatannya menunggu ikan-ikan kecil silap dan mudah untuk ditangkap. Karang-karangnya juga bagus walau ada sebagian, terutama yang berhadapan dengan pantai berpasir, sudah pada patah-patah dan mati. Tapi di bagian pantai yang berbatu, rimbunan karang terlihat utuh dan hampir semuanya hidup.



Kami juga sempet ketemu dengan penyu hijau. Penyu ini bermain-main menuju ke pantai sepertinya. Sempet juga kami saling sapa dan kejar-kejaran. Lumayan bisa numpang berenang sambil ditarik sama penyu. Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Sungguh tidak sia-sia penjelajahan kami di air selama satu setengah jam. Walopun dalam perjalanan kali ini tidak sempet scuba diving, namun kerinduan hati akan keindahan terumbu karang terbayar sudah dengan hanya penjelajahan di permukaan laut.


Daftar telepon di Gapang:
Leguna Resort: 08126951415
Flamboyan Resort: 081360272270
Kedai Naguna: 081377384747, 081377037556 (tempat pesen makanan kalo ada pelatihan atau event kecil-kecilan, bisa juga pesan transportasi jemputan Balohan(pelabuhan ferry) - Gapang dengan tarif murah dan bebas Calo, pake mobil kijang)
Lumba-lumba diving: 08xxxxxxxxxxxx (tidak mau kasi tau, karena ada pekerja di dive shop itu yang kejam dan sok, pemiliknya aja cool aja, he he he...rasain lu)

Friday, June 29, 2007

Tour de Tsunami Area

Sudah pernah ke Aceh sebelumnya untuk sekedar jalan-jalan dan berwisata? Cobalah sekali-sekali jalan-jalan ke Aceh. Aceh tidak lagi seperti yang dibayangkan orang selama ini. Aceh sekarang aman, tentram dan damai. Kalaupun tindak kriminal sekarang terlihat meningkat di koran-koran, itu sama sekali tidak terasa sangat meluas. Aceh masih jauh lebih aman daripada Jakarta, Medan atau Pekanbaru.

Banyak yang bertanya ngapain ke Aceh, bukankah Aceh itu hancur lebur dihantam tsunami? Tentu tidak ada yang menarik di Aceh sekarang. Begitu mungkin ujar banyak orang menilai Aceh. Tentunya ini tidak sepenuhnya benar. Banyak hal yang menarik yang bisa dilihat termasuk diantaranya proses rehabilitasi dan rekonstruksi itu sendiri. Berikut ini ada beberapa hal menarik yang bisa kita saksikan di Aceh paska bencana tsunami.

1. Mesjid Raya Banda Aceh (Mesjid Raya Baiturrahman)
Mesjid ini merupakan salah satu landmark Banda Aceh. Juga merupakan salah satu saksi kedahsyatan bencana tsunami akhir tahun 2004 lalu. Mesjid ini berdiri tegak setelah hantaman gelombang maha dahsyat dengan kerusakan yang tidak berarti. Saat ini mesjid ini berdiri dengan megahnya menunjukkan kebesarannya. Menarik untuk memperhatikan arsitektur mesjid ini, sejarahnya dan kegiatan masyarakat di sekitar mesjid ini.

2. Kapal Generator PLN yang terdampar di Kota
Ini juga salah satu peninggalan tsunami yang menjadi monumen dan selalu mengingatkan bahwa bencana dapat timbul setiap saat dengan kekuatan yang tidak terbayangkan oleh pikiran manusia. Kapal ini terdampar sejauh kira-kira 4 kilometer dari tempat asalnya di Ulee Lheue dan terdapar di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Kapal ini persis duduk di atas sebuah rumah dan tentu saja rumah itu bukan lagi sebuah rumah sekarang melainkan tinggal puing-puing yang menyangga kapal itu.

3. Pantai Lhoknga dan pantai Ujong Batee
Meskipun pantai adalah tempat utama yang dihantam oleh tsunami, namun keindahan alam ciptaan Tuhan yang satu ini tidak berubah hanya karena tsunami. Diantaranya adalah pantai Lhoknga dan Ujong Batee. Kedua pantai ini tetap indah dan karenanya pengunjung pantai ini sangat ramai terutama di hari-hari libur. Walaupun indah namun harus tetap berhati-hati karena pantai ini cukup berbahaya untuk berenang. Sudah 8 orang setelah tsunami meninggal karena terseret ombak yang lumayan besar di pantai Lhoknga.

4. Sabang, Pulau Weh
Pulau ini terletak di ujung utara provinsi NAD. Terpisah dari pulau Sumatera sejauh sejam perjalanan menggunakan kapal cepat. Memiliki pantai yang indah dan terumbu karang yang terjaga. Di pulau inilah hitungan kilometer pertama Indonesia dimula. Tugu kilometer nol ada di ujung pulau ini. Iboih merupakan satu kawasan konservasi laut yang terjaga ekosistemnya dan sangat menarik untuk melakukan kegiatan penyelaman di situ. Akomodasi sangat lumayan dan tersedia dive shop yang siap melayani anda untuk mengunjungi pesona wisata bawah laut di perairan Sabang. Khusus untuk sabang, akan ada artikel tersendiri setelah ini.

Itulah empat diantara banyak dan tidak terhitung pesona wisata menarik di Aceh khususnya di sekitar Banda Aceh. Masih banyak lagi yang menarik termasuk bagaimana proses pembangunan, bagaimana model dan bentuk rumah-rumah bantuan di Aceh yang unik dan menarik.

Selain itu hal lain yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan Syariat Islam di Aceh. Ini adalah keunikan yang harus dihormati oleh semua pengunjung yang datang ke Aceh. Pakaian yang sopan bagi perempuan dan laki-laki merupakan suatu keharusan. Bagi perempuan, menggunakan selendang, walaupun anda bukan muslim merupakan hal yang sangat dihargai. Pergaulan antara perempuan dan laki-laki juga sangat dibatasi. Berdua-duaan di pantai berlainan jenis terutama di tempat sepi bisa mengundang pertanyaan bagi masyarakat lokal. Jika anda sudah menikah, membawa surat nikah sangat penting atau anda terpaksa tidur di kamar yang berlainan di hotel.

Tuesday, June 19, 2007

Si Gale-Gale, Penunggu Pulau Samosir


(Si Gale-gale di depan rumah kayu tradisional Batak)
Si Gale-gale adalah nama sebuah boneka kayu yang bisa digerakkan untuk menari. Boneka ini lazim ditemui di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara. Bentuknya unik dengan pakaian tradisional batak melekat di badannya. Jika sesekali berkunjung ke pulau Samosir, jangan lupa untuk menyaksikan kehebatannya mengolah tubuh.


Menurut pemandu yang memandu penampilan boneka ini, si Gale-gale ini adalah anak bangsawan atau katakanlah Raja di Pulau Samosir. Namun kemudian meninggal dan orang tuanya tak rela dengan kepergian anaknya tersebut. Maka untuk menghibur diri, mereka membuat replika anaknya tersebut. Boneka kayu itu dibuat dengan sedemikian rupa sehingga bisa digerakkan dari belakang oleh seseorang. Gerakan itu terjadi karena bagian lengan dan kepala dihubungkan dengan tali tersembunyi. Menurut pemandu itu pula bahwa konon dulu kala jumlah tali yang menggerakkan si Gale-gale itu sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.

Si Gale-gale menari dengan iringan musik tradisional Batak. Dalam versi aslinya, tentu musik ini dimainkan secara live. Namun karena kemajuan teknologi dan demi untuk kepraktisan, sekarang masyarakat menggunakan tape recorder untuk memperdengarkan lagu tradisional pengiring tari si Gale-gale. Masyarakat pulau Samosir menggunakan si Gale-gale ini sebagai salah satu daya tarik wisata. Pengunjung harus membayar jumlah tertentu (tergantung musim) untuk satu paket menyaksikan tari ini (terserah berapa orang yang nonton). Sembari menyaksikan tarian, si pemandu berceloteh, tentunya dengan logat batak yang kental, tentang legenda si Gale-gale ini.
Boneka si Gale-gale ini juga diberi hiasan dengan motif tradisional Batak yang tak kalah indahnya. Tak lupa pahatan dengan gambar cicak juga diletakkan untuk menghiasi boneka ini. Ada pula yang unik di dasar tempat si Gale-gale ini berdiri, yaitu pahatan berupa 4 buah gundukan yang menurut pemandu itu adalah bentuk yang menggambarkan payudara wanita. Aku juga lupa kenapa ada empat buah (red:mungkin pembaca bisa menginformasikannya karena jangan-jangan pemandunya yang ngarang cerita sendiri). Mungkin itu pertanda kasih sayang orang tua si Gale-gale ini pada anaknya yang disimbolkan dengan payudara dimana dulu ketika si Gale-gale masih kecil sang ibu menyusuinya dengan penuh kasih sayang. Si Gale-gale juga menggunakan kain Ulos yang merupakan kain tradisional Batak yang sangat terkenal.
Penasaran? Kalau penasaran ingin lihat si Gale-gale menari, silahkan saja kunjungi Danau Toba dan Pulau Samosir.
(bersama Si Gale-gale)

Tuesday, June 12, 2007

Berastagi North Sumatera with Love



(Gunung Sibayak, pesona utama kota Berastagi)

Tidak ada kata lain untuk Berastagi North Sumatera, Karo Highland, selain dingin dan indah. Heran kenapa atmosfir Berastagi sebagai kota wisata begitu kuat sehingga bisa menarik banyak wisatawan. Tak banyak yang bisa dilihat disana selain keindahan alam dan kesejukan udaranya. Namun demikian tak putus-putus pengunjung kota ini.














(Pasar induk sayur dan buah di Berastagi)

Apa aja yang bisa kita nikmati di Berastagi, North Sumatera, Karo Highland?

1. Belanja buah-buahan segar dan sayuran segar.
2. Mendaki atau tracking ke Gunung Sibayak atau Sinabung
3. Membeli souvenir khas karo atau batak
4. Mandi air panas.
5. Panorama perjalanan yang indah
6. Wisata budaya karo
7. Makan jagung rebus/bakar dan naik kuda/dokar















(makan jagung sambil naek dokar)


Apa yang bikin orang berkali-kali ke Berastagi? Selain karena indah dan sejuk orang suka ke Berastagi karena

1. Dekat dari Medan hanya 2 jam saja
2. Akomodasi lengkap dan murah
3. Orangnya ramah-ramah
4. Ada pasar untuk belanja buah-buahan segar
5. Jalan relatif bagus dan mulus

Itu makanya Berastagi tetap menjadi tempat favorit keluarga untuk tamasya.














Catatan penggemar kuliner



Friday, June 8, 2007

Danau Lut Tawar, Surga di Tengah Hamparan Dataran Tinggi Gayo











(Di pintu gerbang danau Lut Tawar, Takengon Aceh Tengah, 2 Juni 2007)

Luar biasa.... Ini baru danau yang bisa menyaingi Danau Toba...decakku ketika pertama kali memasuki kota Takengon. Luar biasa indahnya... Apalagi kita bisa berkeliling danau ini dengan mudah karena sudah ada jalan yang melingkari pinggang bukit yang mengelilingi danau Lut Tawar ini.

Namun sayangnya, sebagai tempat wisata, danau ini ternyata belum begitu siap. Kalau danau dan alamnya sih sudah siap sejak lama. Namun infrastruktur pendukungnya yang belum memadai dan juga orang-orang yang tinggal belum terlalu siap untuk menerima warga luar yang hadir untuk mengagumi keindahan alam kampung mereka. Walaupun bagiku hal itu tidak mempengaruhi kenikmatanku menikmati keindahan danau tersebut.

Ketika datang pertama sekali, hampir saja aku kecewa. Bukan apa-apa, hotel yang kami rencanakan untuk ditumpangi selama liburan menolak kami karena sudah penuh. Yah salah kami juga sih karena tidak pesan jauh-jauh hari sebelumnya. Padahal inilah satu-satunya hotel yang berada di bibir danau. Sayang sekali, padahal masih banyak tanah kosong di tepi danau yang cocok untuk dibangun penginapan. Namun sepertinya inisiatif itu masih jauh.
Tapi syukurlah, akhirnya kami dapat hotel yang lumayan bagus. Hotel Mahara namanya. Hotelnya sih biasa-biasa saja, hotel bisnis di tengah kota. Bukan hotel wisata. Namun kami sedikit terhibur karena restorannya terletak di lantai tiga dengan pemandangan danau dan bukit-bukitnya. Jadi selain disuguhi makan pagi, kami juga disuguhi pemandangan indah pagi hari danau Lut Tawar. Selain itu karena kami datang pada saat long weekend, mungkin itulah satu-satunya tempat yang tersedia bagi kami untuk menginap. Kalau tidak terpaksa tidur di Mesjid. Jadi hotel itu sangat berharga bagi kami.











(Pemandangan pagi hari dari restoran Hotel Mahara)

Kebetulan pada saat liburan itu sedang diadakan acara promosi pariwisata di salah satu kecamatan yang ada di sekitar danau Lut Tawar, tepatnya di kecamatan Bintang. Ini merupakan satu keberuntungan lagi bagi kami karena berkesempatan menyaksikan acara tradisional yang disajikan oleh masyarakat. Yang paling menarik adalah pacuan kuda tradisional dan Didong. Pacuan kuda ini sangat menarik karena tidak dilakukan di lintasan seperti layaknya pacuan kuda lain. Namun dilakukan di tepi danau. Dua ekor kuda dengan jokinya dipacu berlari di pinggir danau dengan kedalaman air sekitar selutut.

Sedangkan Didong adalah kesenian tradisional yang dilakukan secara berkelompok. Sekelompok anak-anak laki-laki bersyair dengan iringan tabuhan bantal kecil dan tepukan tangan yang bervariasi. Cukup unik dan menarik bunyi-bunyi yang dikeluarkan. Sedang syairnya sendiri kurang paham karena menggunakan bahasa Gayo. Kalau tidak salah syairnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama atau hal-hal baik lainnya. Gerakannya juga sangat sederhana, goyang ke kiri dan ke kanan karena para pemainnya bersyair sambil bersila.


(Memandikan kuda di danau sebelum dipacu. Tepi danau ini adalah lintasan pacuan kuda)



Namun sayang sekali acara yang seharusnya menarik untuk wisatawan jadi hambar karena masih dikelola dengan sangat sederhana, kalau tidak mau dikatakan kampungan. Maklum mungkin karena ini event pertama dan dilakukan karena ada bantuan dari BRR NAD-Nias. Padahal jika para pegawai di dinas pariwisata setempat bisa lebih kreatif, ini akan menjadi sangat menarik. Selain pacuan kuda dan didong, mereka juga mengadakan lomba gasing. layangan, renang dan pacu sampan.

















(Desa Bintang tempat pacuan kuda dilakukan)

Takengon dan Lut Tawarnya juga sangat terkenal dengan kopi. Hampir setiap sudut kita melihat tanaman kopi. Sepertinya tidak ada tempat yang tidak dimanfaatkan untuk ditanam kopi. Kualitas kopinya sendiri sangat bagus dan sudah diekspor ke manca negara. Bahkan Starbuck juga mengambil kopi asal Gayo sebagai salah satu produknya. Kopi disini sudah ditanam sejak jaman kolonial sebagai komoditas yang sangat diandalkan dari dataran tinggi Gayo. Namun jangan ditanya susahnya mencari kopi asli Gayo di sini untuk dibawa pulang. Lebih mudah mencarinya di banda Aceh di supermarket dari pada di Gayo. Memang ada, tapi langsung di penggilingan kopi dan belum ada kemasannya. Kami juga sempat menikmati kopi Gayo di salah satu kedai kopi di kota Takengon. Cukup lezat dan cukup membuat kepala jadi berat.










(Menikmati kopi Gayo di salah satu sudut kota Takengon)
Menikmati dataran tinggi Gayo tidak lengkap jika tidak menikmati makanan khasnya. Salah satu yang sempat kami cicipi adalah Asam Jeng. Ini adalah ikan air tawar (ikan Nilai atau mas) yang dimasak asam pedas. Namun karena ada rempah-rempah lokal yang khas membuat asam pedas ini menjadi berbeda dan sangat khas. Apalagi disajikan panas-panas dan langsung di atas periuk tanah liat. Mak nyus rasanya. Kafe Idola di salah satu sudut kota Takengon menyediakan masakan ini. Selain itu ada juga ikan Depik. Ikan ini adalah ikan khas danau Lut Tawar dan hanya ada di danau ini. Ikan ini enak digoreng dengan tepung. Walaupun rasanya agak pahit jika termakan bagian perutnya, namun rasanya sangat gurih. Ikan ini juga ada dalam bentuk kering untuk oleh-oleh. Namun harganya cukup mahal, sekitar 70 ribu satu bambu (dua liter). Kami menikmati ikan depik goreng ini di salah satu rumah makan di Kecamatan Bintang, dekat terminal bus.
Begitulah pengalaman di dataran tinggi Gayo. Sungguh mengesankan dan takkan terlupakan. Walaupun harus berkendaraan selama 7,5 jam dari Banda Aceh. Namun terbayar dengan keindahannya serta kelezatan masakan dan kopinya. Suatu saat kami akan datang lagi kesana dan menikmati keindahannya. Semoga ketika kami datang lagi, Takengon bisa lebih siap untuk menjadi kota wisata.



Catatan penggemar kuliner

715 Kilometer Banda Aceh - Takengon PP

715 koma sekian...angka yang tertera pada speedometer ku sesaat setelah aku mematikan mesin Scorpio Z di rumah sekembalinya dari Takengon. Wuih....tak kusangka ternyata aku sanggup juga menempuh jarak sejauh itu. Jarak tempuh Banda Aceh - Takengon sendiri adalah sekitar 315 an kilometer ditambah dengan keliling danau Lut Tawar dan keliling kota Takengon sekitar 87 an kilometer dan kembali ke Banda Aceh totalnya jadi 715 kilometer.

Perjalanannya sendiri cukup menyenangkan terutama mulai dari jalur Bireuen - Takengon. Jalannya berliku-liku menuju dataran tinggi Gayo. Tikungan-tikungannya sangat asyik dilalui sehingga perjalanan tidak membosankan. Bagi yang berani dan terampil, kebut-kebutan di jalur ini sungguh sangat menantang. Sedang bagiku sendiri, di jalur ini paling banter 75 - 80 km/jam saja maksimumnya. Maklum banyak tikungan menghadang dan aku termasuk penganut aliran slow riding style.


Jalur turing ini menyenangkan karena kondisi jalannya mulus sekali tanpa ada lobang-lobang atau kerusakan yang berarti. Total waktu tempuh dari Banda sampai ke Takengon pada waktu pergi sekitar 7,5 jam. Jadi rata-rata kecepatan tempuh sekitar 42 kilometer setiap jam. Ini sudah termasuk istirahat di hampir setiap 1,5 jam dan makan siang. Perjalanan dimulai pada hari Jumat tanggal 1 Juni 2007 pukul 7 pagi dan sampai kembali ke Banda Aceh hari Minggu 3 Juni 2007 jam 4.30 sore.

Ini adalah turing pertamaku dengan jarak sejauh itu. Yang kurasakan istimewa pada turing ini adalah karena dilakukan secara solo alias turing solo. Hanya menggunakan satu motor. Aku ditemani istriku tercinta yang setia walaupun pegel-pegel menemaniku di sadel belakang motor Scorpio Z ku tersayang.


Ketika merencanakan turing ini aku merasa kurang Pe De. Karena ini turing terjauh yang akan kujalani, sebelumnya paling cuma Banda Aceh - Sabang, Medan - Perapat atau Berastagi. Namun syukurlah rekan-rekan di mailing list scorpio (MILYS) dengan suka cita membantuku meyakinkan tentang turing solo. Panduan pun dikirimkan secara elektronik ke emailku. Alhasil aku pun dengan suka cita mempelajari ilmu yang diturunkan oleh Bro Imam Arkananto yang ditulisnya dalam buku yang bertajuk "Solo Touring Bagi Biker Pemula" Buku ini sungguh sangat membantu persiapanku untuk melakukan turing sehingga bisa lebih percaya diri. Thanks berat untuk para bro di komunitas MILYS atas brotherhood nya.

Takengon sendiri merupakan kota yang sangat indah terletak tepat di pinggir danau Lut Tawar yang keindahannya tidak kalah dari Danau Toba. Sayangnya potensi ini belum digarap secara optimal oleh pemerintah dan warganya. Mungkin karena Aceh didera konflik yang berkepanjangan sehingga daerah ini jadi kurang berkembang sebagai lokasi wisata. Takengon merupakan ibukota kabupaten Aceh Tengah yang terhampar di dataran tinggi Gayo. Kopi Gayo sangat terkenal dan jangan lupa menikmati kopi ini jika sesekali singgah di Takengon atau dataran tinggi Gayo.


(Menikmati Kopi Gayo di salah satu warung kopi dan keindahan danau Lut Tawar Takengon)


Catatan penggemar kuliner

Virus Modif Yamaha Scorpio Z

Ini bukan virus modif terbaru yang menyerang para penunggang Yamaha Scorpio Z, tapi ini adalah murni karena tekanan ekonomi yang memang menyerang hampir seluruh bangsa kita ini. Ya ya ya...tekanan ekonomi sehingga menuntut orang ini untuk merubah Scorpio Z yang merupakan tunggangan harian menjadi tunggangan untuk cari makan.



Ubahan yang cukup ekstrem ini dilakukan dengan membuat kabin tambahan yang menyambung langsung ke down tube. Dengan penambahan satu roda lagi di samping membuat kendaraan ini semakin stabil jika dipacu. Apalagi dengan kapasitas mesin 225 CC membuat bobot kabin tambahan ini jadi tidak berarti banyak. Tanjakan tinggi bisa dengan gampang didaki dan tentu saja bisa lebih cepat mengantar penumpang dengan tujuan jauh. Itu berarti fulus semakin mulus masuk ke dalam saku pemilik Becak Scorpio Z ini.

Thursday, June 7, 2007

Hmm Enaknya bisa merasakan berbagai pesawat

Bekerja di Aceh setelah tsunami mendatangkan berbagai pengalaman baru. Salah satunya adalah pengalaman mencoba berbagai jenis kendaraan angkutan udara. Bisa merasakan heli dan pesawat kecil. Bisa juga menikmati kegilaan para pilotnya yang rata-rata berbangsa non Indonesia yang dengan tenang mengemudikan pesawat dengan manuver-manuver yang cukup mendebarkan. Mendarat di lapangan rumput dan bandara tanah, mendarat di bandara yang retak-retak. Hmm sungguh pengalaman yang mengasyikkan dan tak terlupakan. Dan satu lagi semua dicoba dengan Gratisssss alias tidak pake bayar. Gimana enak bukan?


Ini Helicopter gede punya UN dengan kapasitas 20 an penumpang. Sepertinya heli Mi-6 buatan Rusia.



Ini pesawat keren Beechcraft berbaling-baling. Sangat cepat seperti pesawat jet. Kurang dari 1/2 jam dari Banda Aceh ke Meulaboh.


Kalo ini heli kecil. Gak tau jenis apa tuh. Dipakai waktu masa emergency paska tsunami.

Ini kalo gak salah GA 8 Airvan. Dioperasikan oleh MAF, mission air fellowship. Bisa mendarat di landasan tanah seperti di Calang. Ada satu lagi punya mereka yaitu Cessna Caravan, lebih besar dari yang ini. Kalo ini cuma 8 orang kapasitasnya sedang Cesna bisa 12 orang.






SPECIFICATION YAMAHA SCORPIO Z



Engine
Engine type: 4 stroke, SOHC air cooler
Diameter x strok : 70 x 58 mm
Gear: Manual
Transmission: 5 kecepatan
Pola pergantian gigi : 1-N-2-3-4-5
Carburetor : BS 30 x 1 MIKUNI
Battery: 12V, 7AH/GM7B-4B
Spark plug : BP8EA/x24ES-U
Cylinder volume : 223 cc
Compression rate : 9.5 : 1
Susunan silinder : Silinder Tunggal Tegak
Starter : Kick & Electric
Fuel : Premium

CHASSIS
Berat kosong : 125 kg
Tipe rangka : Double Cradle
Kapasitas tangki : 13,5 liter
Jarak sumbu roda : 1295 mm
Jarak terendah ke tanah : 165 mm

Suspension
Suspensi depan : Teleskopik
Suspensi belakang : Monocross
Ukuran ban belakang : 100/90-18-56 P
Ukuran ban depan : 80/100-18-47 P

Performance
Dimensi P x L x T : 2020 x 770 x 1090 mm
Radius belok minimum :

Daya maksimum : 19 PS/8.000 RPM
Torsi maksimum : 1.86 kgf.m/6.500 RPM
Sistem Pengapian : DC-CDI

Braking system
Rem depan : Cakram double piston
Rem belakang : Tromol


BL 6329 J SCORPIO Z


BL 6329 Z itu adalah nomor polisi sepeda motor ku. Tepatnya nomor polisi Yamaha Scorpio Z kesayangannku. Motor ini kubeli tahun 2006 lalu tepatnya tanggal 3 Oktober 2006 di satu-satunya show room Yamaha di Banda Aceh (waktu itu, kalo sekarang sudah ada dua).
Cukup bingung juga aku waktu memutuskan untuk membeli motor baru berwarna silver ini. Tadinya sih hanya pengen motor yang kecil aja, karena kebetulan aku juga udah punya satu motor Tigi lawas, mainan lama ku. Jadi buat apa beli motor yang gede satu lagi. Tapi istriku ngotot bahwa kalau mau beli sih jangan tanggung-tanggung, mending beli yang disuka karena motor itu akan digunakan bukan hanya sekedar tunggangan pulang pergi kantor saja. Kalau untuk motor yang kecil sih, kita udah punya yaitu Supra X 100 cc. Jadi ngapain nambahin motor bebek-bebekan lagi di rumah. Kalau beli yang besar bisa dipakai untuk pulang kampung sekalian.
Wah akhirnya aku kemakan juga provokasi istriku. Walau sebenarnya dalam hati sih memang pengen punya motor yang besar dalam keadaan gress. Sebab Tigi lama ku kubeli second hand, jadi ya kondisinya udah gak terlalu nyaman lagi. Akhirnya kuputuskan untuk membeli motor cc besar. Apa mau beli Tigi lagi atau yang lain.
Browsing sana-sini cari info dan pengalaman sendiri akhirnya kuputuskan tidak membeli Tigi karena udah punya dan ternyata model barunya tidak monoshock serta hanya up grade tampilan saja. Dan juga berdasarkan hasil investigasi di diskusi MiLys (Yamaha Scorpio mailing list) tentang kehebatan motor Scorpio Z.
Persoalan baru muncul karena ternyata bingung mencari warna apa yang pas. Berdasarkan katalog di internet, tersedia warna biru, oren dan hitam untuk Scorpio model lama. Kuputuskan untuk membeli yang berwarna oren karena itu warna kesukaanku. Tanya ke show room kelihatannya gak mungkin ada yang masuk warna oren itu. Maka kecewalah diriku dan pulang kembali ke rumah dengan bingung.
Kucoba kontak dengan adikku di Medan. Kebetulan dia kerja di BAF, kredit Yamaha dan dia udah punya Scorpio warna biru. Untuk mencoba cari tau apakah di Medan ada stok motor berwarna oren. Ternyata tidak ada dan dia sarankan untuk tidak membeli yang model lama karena sekarang udah muncul model baru dengan stripping baru dan ada AIS (Air injection system). Dan warna yang tersedia adalah hitam, silver dan biru.
Kembali ku hubungi show room Yamaha di Banda Aceh untuk memesan Scorpio warna silver. Namun kembali ku kecewa karena tidak ada warna silver yang tersedia saat ini. Harus inden dulu dan tidak pasti kapan akan datang karena mereka hanya berdasarkan kiriman dari Medan saja. Mereka sarankan agar mendaftar saja dan jika ada mereka akan hubungi. HHhhh kembali aku harus menahan hasrat untuk menunggangi motor yang katanya memenangkan penghargaan desain terbaik di tahun 2006.
Tapi kemudian tanggal 3 Oktober 2006, telpon ku berdering dan ternyata dari show room Yamaha. Mereka mengabarkan bahwa scorpio silver pesananku sudah tiba. Sekelebat langsung kuambil motor Supra X ku untuk menjemput istri dan mengambil uang agar dapat langsung beli dan bawa pulang itu motor. Akhirnya kudapatkan juga motor hebat ini. 225 CC cukup membuat orang lain berdecak kagum.
Motor ini memang memberi identitas bagi para penunggangnya. Tidak banyak memang orang yang memakainya yang menjadi sumber ketakutan bagi orang untuk membelinya karena takut tidak mudah mencari onderdilnya di pasaran. Namun dengan terbatasnya orang yang memakai membuat pemakainya menjadi berbeda dengan lainnya. Kesan eksklusif muncul dan kesan yang muncul adalah "Tidak sembarangan orang yang mengendarai motor ini" hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengendarainya.